Jumat, 17 Oktober 2008

Rabu, 24 September 2008

Minggu, 07 September 2008

Jumat, 05 September 2008

pendidikan menangis di bawah realita

pendidikan,pendidikan dan pendidikan
sebuah kata yang tak pernah luput dari segala pikiran
mengapa kami memerlukan pendidikan,dan mengapa pendidikan itu selalu ada
bahkan sekarang pendidikan sudah menjadi suatu formalitas ,mayoritas,dan rutinitas
pendidikan sekolah yang seolah-olah so-formal dan so-etis
pelajaran sekolah yang semakin tahun semakin berubah ketetapannya
membuat otak melebihi kapasitas maksimal bagaikan tumpukan emas yg beratnya 1000ton
dan peraturan pendidikan yang semakin hari semakin membuat kami muak untuk menerima kenyataanya
bukannya kami tidak ingin menerima kenyataan,tapi kami merasa tertekan dan curiga
seakan-akan bibir kami ingin mengeluarkan satu ucapan,''apa hubungannya rambut gondrong dengan belajar?,apakah akan mengaruh terhadap kepintaran kita ,bila rambut kita cepak seperti tentara yang membawa senjata,yang belum sama sekali menyentuh yang namanya senjata,dan tak punya skill untuk menembak dengan senjata''aaaahhhh[fuck damn it]
lupakan...
sudah kami jalani,lewati segala amarah,dan amanah,
tapi apa yang kami dapat tidak selayaknya seperti apa yang kami inginkan
kami di sekolah untuk menambah ilmu,mencari ilmu,bukannya untuk mengoceh yang tidak penting dengan guru
guru yang di benci yaitu motivasi,yang menjadi asosiasi untuk tidak selalu memeperhatikannya di depan kelas selagi menerangkan.
kami menerima pendidikan itu bayar,kami membayarnya dengan uang,seharusnya kami yang menguasai,seharusnya kami tidak boleh takut oleh guru,tapi apa boleh buat,demi pendidikan yang minim se-minim pendidikan guru pengajar yang mengandalkan dari pengalamannya,bukan dari tingkat pendidikannya.
kami adalah pelajar yang menginginkan pendidikan yang selayaknya untuk kami dapatkan, bukan pendidikan yang memikirkan tetekbengik,persoalan segala hal yang tak semestinya untuk di permasalahkan,dan di perbuaskan/diperbesarkan.
kami adalah pelajar yang semestinya bangga pada saat mendapatkan gelar pendidikan .
kami bukan pelajar yang tak pernah berharap dari nilai guru,maupun ke-eksistensiannya di mata guru demi mendapatkan nilai yang maksimal
bisakah kami melewati pendidikan demi pendidikan yang semakin hari semakin berubah ketetapannya?pendidikan tergantung bagaimana cara kita untuk menyelesaikannya,kami masih ingin terus berjalan dengan adanya pendidikan.kami tidak ingin menjadi pelajar yang hanya bisa diam menyaksikan era-globalisasi yang menciutkan raga kami,sebuah ilusi yang menjadikan realitas,diam ataukah berjuang?